04 Agustus, 2009

Kesia-siaan (?) - Bagian 3 - Tentang Lupa

Bagaimanakah dengan sifat lupa? Adakah kita mensyukuri sifat ini ada pada kita sebagai rahmat Allah SWT. yang luar biasa? Ahh... jangan-jangan kita ini hanyalah hamba yang kufur nikmat karena telah "melupakan" rahmatNya yang berupa sifat pelupa. Kata "melupakan" sengaja diberi tanda kutip untuk mengindikasikan bahwa maksudnya adalah sengaja lupa. Memang ada lupa yang disengaja? Tentu..., itu bisa juga disebut mengabaikan. Tapi yang dibahas dalam posting ini adalah lupa yang benar-benar lupa, bukan lupa sejenis pengabaian.


Sudah dikemukakan pada posting sebelumnya bahwa sifat lupa ini juga termasuk yang sering tidak kita sukai. Bahkan kita benci. (Memang ada orang yang suka cita berharap dapat berjodoh dengan orang yang pelupa?) Tapi itulah salah satu sifat yang diberikan Allah kepada kita. Adakah orang yang tidak pernah lupa sama sekali? Kalau yang ini saya yakin pasti tidak ada.

Kata pepatah: manusia itu adalah tempatnya lupa. Karena itu, kalau bertemu dengan manusia dengan kadar sifat lupa yang tinggi, perbanyaklah maklum. Wahh, ya nggak bisa begitu dong. Gara-gara dia lupa saya rugi besar nih. Demikianlah kita itu. Kalau ada orang lupa dalam urusannya dengan kita dan kita rugi karenanya maka kita tidak bisa menerimanya. Kalau perlu dibawa ke jalur hukum. Jadi, terlihat wajar kalau kemudian orang membenci keberadaan sifat lupa ini. Tapi, betul-betul wajarkah hal itu?

Tanpa sifat lupa, mungkin kita tidak akan bisa hidup berumur panjang. Benarkah? Tentu saja. Tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah bertemu dengan situasi atau kondisi yang jorok - karena manusia sendiri adalah salah satu sumber kejorokan (Ihhh horok ah! ha...ha...ha...ha...) Kondisi jorok yang membuat kita jijik, kepala pusing, perut mual hingga mau muntah (atau muntah betulan) hingga kita tidak bisa menelan makanan betapapun lezatnya makanan tersebut. Nah, seandainya kita tidak bisa melupakan hal tersebut 10 hari berturut-turut saja, adakah yang masih akan sanggup hidup?

Juga, bayangkan seandainya kita tidak bisa melupakan yang sedih-sedih dalam hidup kita. Betapa muramnya kehidupan, tiada semangat, tiada hasrat, tiada kegembiaraan. Sungguh bukan dunia yang kita inginkan yang demikian itu. Sebaliknya, bila kita selalu tidak bisa lupa dengan kejadian lucu, maka kita akan tertawa sepangjang waktu. sampai-sampai nggak bisa tidur dibuatnya. Cuma gara-gara tidak bisa lupa hal yang lucu. Wahh... dunia yang begitupun tentu tidak menarik. Kesimpulannya, sungguh lupa itu adalah anugerah yang besar dari Allah SWT.

Lalu bagaimana nih... apakah berarti kita boleh melupakan segala sesuatu? (Kan namanya mensyukuri nikmat) Tentu tidak. Sebagaimana sifat suka mencari kesalahan orang lain, maka sifat lupa ini hanyalah alat agar manusia dapat hidup lebih baik. Jadi boleh lupa, asal bermartabat. Ha...ha...ha...ha... Artinya untuk hal-hal penting apalagi yang kalau sampai kita melupakannya akan menimbulkan banyak mudharat, maka wajib bagi kita berusaha tidak lupa. Bikin catatan reminder, misalnya. Lalu yang bikin kita tidak bisa berbuat lebih baik, bolehlah kita lupa. Sungguh, tidak ada sesuatupun ciptaanNya yang sia-sia. Tidakkah kita gunakan akal untuk memikirkannya?

2 komentar:

  1. Ngomong2 soal lupa, pak wahono sudah lupa belum sama saya?
    Dua jempol dari saya untuk blog ini, populasi orang2 yang bisa memparalelkan Iptek & Imtaq termasuk langka dan Insya Allah pak Wahono salah satunya, go ahead pak!
    Sejak Des 2008 saya pindah dari Pku ke Sby, add saya di FB ya, thx -Taufiq-

    BalasHapus
  2. Amin. Sekarang di FB ya? berarti dekat ke Malang dong. Insya Allah akan saya add di FB.

    BalasHapus