19 Januari, 2010

Idolaku Mak Lampir!

Hihihihihi..... tawa yang mengerikan jika terdengar di tengah malam nan senyap. Itu tawa ciri khas Mak Lampir, tokoh antagonis dalam serial yang terkenal di TV beberapa waktu yang lalu. Rasanya tokoh inilah yang membikin serial tersebut terkenal, karena sebagian orang bahkan sudah lupa siapa tokoh protagonisnya. Peran Mak Lampir begitu mengesankan banyak orang sehingga melekat erat dalam ingatan. Begitu juga dengan saya, setelah saya coba mengingat kembali tokoh-tokoh dalam serial itu rasanya agak kesulitan. Tapi bukan karena kesan peran yang kuat itu saya mengidolakannya.
Mak Lampir jadi idola? Whuihhh, apa saya telah kehilangan tokoh patron yang lebih baik karena jaman sekarang banyak pemimpin negeri ini yang tidak bisa dijadikan panutan. Begitulah beberapa teman mencibir saya ketika saya sampaikan bahwa salah satu idola saya adalah Mak Lampir. Aneh-aneh saja... apa anda mengikuti nasehat Ronggowarsito sepenggal saja: "... yen ora edan ora keduman...". Begitu kata yang lain, menyangka saya berubah haluan sehingga harus mencari patron yang "gila" agar saya bisa "meniru kegilaannya sehingga mendapat bagian dunia ini". Naudzubillahi min dzalika.
Tapi memang benar bahwa saya menjadikan Mak Lampir sebagai salah satu sumber inspirasi saya. (So what, gitu loh). Saya begitu menghayati bahwa tidak ada sesuatupun yang diciptakan Allah di alam ini dalam kesia-siaan. Bukankah sejahat-jahat makhluk ia tetap ciptaan Allah? Jadi, pasti tidaklah ia diciptakan dalam kesia-siaan. Lalu, apakah kemanfaatan dari kedzaliman mereka itu? Jawabannya, tidakkah kita bisa belajar dari mereka bagaimana kerusakan dapat terjadi karena nafsu angkara murka mereka? Tidak bisa jugakah kita belajar dari akibat perbuatan mereka itu untuk lebih mampu mengendalikan diri? Bahkan, tidak bisakah kita belajar hal-hal "baik" dari mereka?
Tapi..., ada nggak sih yang bisa kita pelajari dari seorang tokoh seperti Mak Lampir itu? Janganlah kita menutup mata kita dengan kacamata kuda yang hanya menilai sesuatu dari sudut pandang yang sempit. Lihatlah bagaimana "istiqomahnya" Mak Lampir. (Mak Lampir istiqomah??? hiks.) Cermati jalan cerita Mak Lampir: ia begitu setia dengan tujuannya, melampiaskan nafsu untuk menguasai semuanya. Ia tidak pernah putus asa menghadapi segala rintangan yang menghadang tujuannya itu. Bukankah ia istiqomah? Perkara bahwa tujuannya itu duaratus persen salah, itu adalah halaman lain. Coba simak ini: Kalau berbuat jahat saja banyak hambatannya, kenapa berbuat baik kita tidak istiqomah? kenapa kita begitu mudah putus asa menjalankan ibadah? sedikit halangan saja sudah memberikan cukup alasan bagi kita untuk menunda atau membatalkan niat ibadah. Kenapa kita harus malu belajar dari Mak Lampir untuk beristiqomah padahal niat dan cara yang kita tempuh haqqul yakin adalah hal yang baik?
Belajarlah dari sikap tawakalnya Mak Lampir. (Glodak... ada yang jatuh mendengar Mak Lampir bertawakal. he he he he). Lihatlah bagaimana yang dilakukannya untuk mencapai tujuannya. Ia mengkonsolidasikan sumberdaya (sekutu-sekutunya), bikin planning, action (menyerbu musuh-musuhnya), kalah lalu melarikan diri (evaluasi yang cermat, he he he he). Setelah kalah, ia cari sumberdaya baru lagi, susun strategi baru, bertindak lagi, hampir menang tapi kalah lagi, lari lagi. Begitulah jalan ceritanya terus menerus. Coba ingat-ingat apakah pernah Mak Lampir menangis menghadapi kekalahannya? Justru ia tertawa, hi hi hi hi. Ia tidak meratapi dengan jeritan tangis nan pilu setiap kekalahannya. Ia tertawa dan kemarahannya membuat semangat tempurnya semakin membara. Tidak bisakah kita belajar dari Mak Lampir untuk tidak meratap dan melolong kesedihan setiap kita dihadapkan pada kegagalan. Tidakkah juga kita bisa belajar dengan kegagalan itu untuk membakar lebih banyak minyak semangat dalam diri kita sehingga justru kita akan mampu berbuat yang lebih besar? Tidak bisakah kita tawakal untuk pantang mundur dan tidak bersedih hati menyesali upaya kita yang belum berhasil? Jika ada jawaban tidak, maka belajarlah dari Mak Lampir. Ia bisa menjadi idola yang baik untuk sikap pantang menyerah, tidak putus asa, dan menerima kenyataan dengan keriangan yang sama apakah itu keberhasilan atau kegagalan.

32 komentar:

  1. Mak Lampir ah hanya tokoh hayalan, bapak. apa tidak ada tokoh nyata yang bisa menjadi idola gitu loh.

    BalasHapus
  2. Haha ha ha. Soalnya kalau Mak Lampir betul-betul ada bisa gawat kita.

    BalasHapus
  3. http://leealeeo.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  4. http://feppy.wordpress.com/

    BalasHapus
  5. http://h3rn4ndez.wordpress.com

    BalasHapus
  6. http://tamaagribis.student.umm.ac.id

    BalasHapus
  7. http://ansirk.wordpress.com/wp-admin/

    BalasHapus
  8. http://maftuhulmida.wordpress.com/

    BalasHapus
  9. http://ibnuecuetz.wordpress.com/

    BalasHapus
  10. http://arybakhtiar.blog.spot.com

    BalasHapus
  11. http://kazenda.blogspot.com/

    BalasHapus
  12. http://wanticutez.wordpress.com/

    BalasHapus
  13. http://upar.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  14. http://priawidianto.wordpress.com/

    BalasHapus
  15. http://defrenzza.wordpress.com/

    BalasHapus
  16. http://beenutt.wordpress.com/

    BalasHapus
  17. http://tomyyp.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  18. http://dhebeibz.wordpress.com/

    BalasHapus
  19. http://kiqqy.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  20. http://yoh4n4.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  21. http://aula.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  22. http://cientya.wordpress.com

    BalasHapus
  23. http://iendra.student.umm.ac.id

    BalasHapus
  24. http://isma150592.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  25. http://f1gpa2.wordpress.com/

    BalasHapus
  26. http://fandigpmania.blogspot.com

    BalasHapus
  27. http://kokain182.wordpress.com

    BalasHapus
  28. http://detektive45.student.umm.ac.id/

    BalasHapus
  29. mak lampir musuhnya sembara..

    BalasHapus