09 Oktober, 2009

Akal Sehat v.s. Kesombongan

"Bahkan bila ada nasehat yang masuk, dengan mencibir kita mempertanyakan - emangnya siapa loe? golongan apa loe? umur berapa loe? - Itulah pukulan-pukulan hook dan jab sang nafsu dan kesombongan. Tidak penting bahwa pukulan itu tidak indah atau bahkan menabrak aturan main, yang penting sang akal sehat bisa terkapar KO.



Setiap hari terpampang ke hadapan kita banyak pelajaran. Semua hal yang bisa kita lihat, kita dengar, dan kita rasakan adalah bahan-bahan pelajaran hidup kita. Akan tetapi ternyata sering sekali kita melakukan suatu kesalahan padahal sesungguhnya sebelumnya telah dipaparkan pelajaran tentang hal itu kepada kita. Posting saya beberapa waktu lalu mengurai penyebab mengapa kita tidak dapat menerima ilmu baru. Membaca kembali posting itu saya teringat satu kisah besar yang dialami salah seorang yang paling dicintai Allah di bumi ini: Nabi Ibrahim a.s.

Alkisah, setelah kurang sukses mengajak kaumnya (trmasuk Tarikh atau Azar ayahnya sendiri) untuk beriman kepada Allah secara persuasif akhirnya Ibrahim a.s. memilih pendekatan yang agak berbeda. Ia menghancurkan berhala sesembahan kaum pagan saat itu dan menyisakan satu yang terbesar dan mengalungkan alat penghancurnya kepada berhala yang tersisa tersebut. Tentu saja orang-orang menjadi heboh sehingga akhirnya ditangkaplah Ibrahim a.s. untuk dihadapkan kepada Namrudz - sang raja nan kejam. Lalu diinterogasilah Ibrahim a.s. oleh

Namrudz. Kira-kira dalam gaya saat ini, sebagai berikut:
Namrudz: "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?"
Ibrahim a.s.: "Mengapa engkau tidak tanyakan pada sesembahanmu yang masih utuh itu? Bukankah ia yang membawa kapaknya? Bukankan ia di sini terus menerus? Pastilah ia menyaksikan siapa yang menghancurkan patung-patung yang lain."
Namrudz: "Hai Ibrahim, tololkah engkau? Bagaimana mungkin patung itu bisa menjawab pertanyaanku!"
Ibrahim a.s.: "Hai Namrudz, kalau engkau tahu tuhanmu itu bahkan tidak mampu menjawab pertanyaanmu, lalu mengapa engkau masih begitu bodoh untuk terus menyembahnya?"

Namrudz dan kaumnya terhenyak mendengar argumentasi Ibrahim a.s. Akal sehatnya tidak dapat menolak argumentasi yang sungguh-sungguh kuat seperti itu. Akan tetapi kesombongannya kemudian membuat hati mereka mengeras dan berkepala batu. "Jika aku benarkan si Ibrahim itu, bagaimana nanti kedudukanku di hadapan rakyatku? Tidakkah mereka akan melihat Ibrahim lebih baik dariku? Tidakkah itu akan merendahkan martabatku? Jangan-jangan setelah aku akan kehilangan kekuasaanku..." Demikianlah kira-kira pergulatan batin di hati Namrudz. Akhirnya nafsu dan kesombongannya memukul KO akal sehatnya. Meskipun akal sehatnya tidak dapat menolak kebenaran argumentasi Ibrahim a.s., namun karena nafsu dan kesombongannya hukuman bakar dijatuhkan kepada Ibrahim.

Kisah Ibrahim a.s. tersebut menggambarkan dengan baik pertarungan antara akal sehat dengan nafsu dan kesombongan. Sekaligus kisah itu memperingatkan kepada kita bahwa mungkin saja nafsu dan kesombongan mengalahkan akal sehat. Dalam kehidupan modern kita sehari-hari pertarungan tersebut juga dapat kita temukan di mana-mana. Ia dapat berupa berbagai konflik yang ada di sekitar kita. Akan tetapi, sesungguhnya di dalam diri kita setiap hari terjadi pertempuran yang seru antara dua kubu tersebut.

Cobalah bertanya kepada para perokok. Adakah di antara mereka yang tidak mengetahui bahaya dan kerugian merokok terhadap diri mereka? Saya sangsi pada jaman seperti ini akan ada yang bisa menemukan orang tersebut. Namun, berhentikan mereka merokok? Meskipun akal sehat mereka mengetahui bahaya-bahaya dan kerugian merokok? Justru banyak orang tidak berhenti!! Tanyalah pada sesiapa saja, adakah yang tidak tahu bahwa berbohong itu, sekecil apapun, akhirnya akan menyulitkan dan merugikan diri sendiri? Saya yakin tidak ada yang tidak tahu. Tapi, berapa orang yang kemudian bersungguh-sungguh berusaha berhenti berbohong dalam hidupnya? Terus terang saya sangat mengkhawatirkan diri saya sendiri.

Contoh-contoh itu hanyalah sekelumit yang mudah ditemukan dan dikemukakan. Akan tetapi, sesungguhnya pada setiap hal yang akan kita lakukan dan atau kita putuskan selalu terjadi pertempuran itu. Tidak henti-hentinya nafsu dan kesombongan melancarkan jab dan hook yang mematikan pada akal sehat. Yang akhirnya membuat akal sehat terkapar di atas ring hati kita. Meskipun telah disediakan banyak pelajaran hidup kepada sang hati dalam diri kita, tetap saja tidak mudah bagi akal sehat untuk memenangkan pertarungan itu. Bahkan bila ada nasehat yang masuk, dengan mencibir kita mempertanyakan "emangnya siapa loe? golongan apa loe? umur berapa loe?". Itulah pukulan-pukulan hook dan jab sang nafsu dan kesombongan. Tidak penting bahwa pukulan itu tidak indah atau bahkan menabrak aturan main, yang penting sang akal sehat bisa terkapar KO.

(Naudzubillah min dzalik. Ya Allah, tunjukkanlah yang haq itu haq dan yang bathil itu bathil. Dan berilah kekuatan kepadaku agar dapat memenangkan di dalam diriku yang haq itu atas kebathilan.)

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. yah namanya juga manusia Pak, sedikit banyak pasti ego, emosi dan nafsu, akan membuat kita berpikir pendek, ato membuat kesalahan2. Which is normal.

    salam kenal pak.

    BalasHapus
  3. salam kenal mas. Yah begitulah, mereka yang berfikir lurus dan ikhlas akan menjad makhluk yang aneh dan asing.

    BalasHapus
  4. saya seperti kurang sreg d pak, dengan "keharusan" menjadi aneh dan asing untuk bisa berfikir lurus dan ikhlas. Maksud saya tergantung memposisikan dirinya kan.

    Plus saya masih percaya bahwa semua manusia itu pada dasarnya baik. Jadi ya masih ada harapan lah. Tidak perlu seperti "mengasing atau menganehkan diri".

    Hm, tapi saya juga belum begitu paham ko Pak, sama konsep ini...he

    BalasHapus